for learn successfull and Healthy Live

Persib selangkah menuju Juara

Kemenangan penting dipetik Persib Bandung atas Madura United di leg I final Championship Series Liga 1 2023-2024, pada Minggu (26/5/2024) malam WIB.

Anime

Dragonball Ultra instinct Goku vs Jiren

Juknis Dana BOS 2024 PDF dan Cek Pencairannya

Cara cek penyaluran dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah) tahap 1 tahun 2024 bisa dilakukan via laman Kemdikbud. Sedangkan juknis dana BOS tercantum dalam Permendikbud Nomor 63 tahun 2023.

8 Manfaat Biji Pepaya untuk Kesehatan dan Cara Konsumsinya

Manfaat Biji Pepaya Ada beberapa manfaat dari mengkonsumsi biji pepaya untuk kesehatan tubuh, di antaranya adalah sebagai berikut. 1. Menurunkan Risiko Penyakit Kanker

Resep Kue Tradisional

Langkah pembuatan kue cucur: 1. Masak air dengan gula pasir dan gula merah sambil diaduk rata, lalu dinginkan. 2. Campur tepung terigu, tepung beras, dan bubuk kayu manis.

Jumat, 02 Agustus 2024

Ibadah Tapi Masih Maksiat, Begini Kata Ustaz AH


Bukankah semakin rajin ibadah seharusnya semakin menjauh dari maksiat? Tentu kita sering mendengar istilah-istilah seperti “rajin shalat kok marah, rajin ngaji kok zhalim, rajin ibadah kok maksiat” tentu yang salah bukanlah ibadahnya tetapi si pelaku ibadah. Begini penjelasan Ustadz Adi Hidayat.

Allah SWT berfirman dalam satu Hadits Qudsi ”Sesungguhnya Aku (Allah) hanya akan menerima shalat dari hamba yang dengan shalatnya itu dia merendahkan diri di hadapan-Ku. Dia tidak sombong kepada  makhluk-Ku yang lain, tidak mengulangi maksiat kepada-Ku, menyayangi orang-orang miskin dan orang-orang yang menderita. Aku akan muliakan shalat hamba itu dengan  kebesaran-Ku. Aku akan menyuruh malaikat untuk menjaganya. Dan kalau dia berdoa kepada-Ku, Aku akan memperkenankannya. Perumpamaan dia dengan  makhluk-Ku yang lain adalah seperti perumpamaan Firdaus di surga.”


Antara Ta’at, Maksiat, dan Lagha

Kita mungkin pernah melihat, ada orang salat tapi masih berbuat perkara tidak penting. Ustadz Adi Hidayat dalam tanya jawab MIRA memaparkan antara ta’at dan maksiat. Di antara keduanya Ustadz Adi menyebutkan “lagha” atau hal yang tidak penting. “Lagha” ini belum tentu dosa, tetapi banyak yang tidak menyukainya karena berpotensi mendekatkan pada maksiat dan melupakan ibadah.

Kita ambil contoh, maksiat yang jelas berdosa dari segi aspek penglihatan. Misalnya melihat yang terlarang, pornografi apalagi porno aksi dan hal-hal lain yang Allah benci sudah jelas maksiat. Berbeda jika menonton film, itu tidak ada unsur melihatkan langsung aspek maksiatnya. Sedangkan lagha adalah melalaikan ta’at, membuang waktu sia-sia. Waktu untuk membaca Al-Quran terbuang begitu saja dan waktu untuk mengasah otak jadi berkurang.


Penjelasan Ustadz Adi Hidayat tentang Tingkatan Iman


Dalam Islam, gambaran keimanan itu ditunjukkan dengan perbuatan amal shaleh. Ustadz Adi Hidayat menjelaskan dalam sesi tanya jawab tersebut bahwa tingkatan iman terbagi menjadi tiga. Pertama, iman dasar. Makna “aamana” yaitu iman yang standar. Tanda standar iman ditunjukkan dengan amalan-amalan atau ibadah yang dikerjakan hanya yang sifatnya menggugurkan kewajiban saja. Standarnya iman terlihat ketika mengerjakan salat. Mereka hanya mengerjakan salat wajib saja, belum tergerak mengerjakan salat-salat sunnah. Jadi feedback atau timbal balik dari ibadah yang mereka dapatkan juga standar.

Misalnya fungsi shalat adalah mencegah yang keji dan munkar. Mereka yang hanya mengamalkan ibadah shalat wajibnya saja, secara standar maka yang tercegah juga hanya perbuatan keji dan munkar yang sifatnya standar. Karena itu salat tidak dapat mencegah godaan yang melebihi batas standar. Inilah yang menyebabkan orang yang salat masih melakukan maksiat.

Untuk mencegah godaan-godaan yang berat atau melebihi standar maka seseorang harus menaikkan level keimanannya. Kata “aamana” berubah menjadi mudhari’ dengan “yu’minu” bermakna ketersambungan, konsistensi akan iman, terus berlatih agar menjadi kebiasaan. Iman yang naik level terlihat dari ibadah yang juga naik levelnya. Seperti shalat tidak hanya melaksanakan yang wajib saja tapi juga yang sunnah-sunnah. Hal ini agar benteng kita makin kuat dan bisa memfilter godaan-godaan yang melebihi standar.

Jika sudah berusaha untuk istiqamah menaikkan level ibadah menjadi kebiasaan dan melekat akan hal itu maka levelnya menjadi “mu’min” atau jamaknya “mu’minun”. Dalam tingkat ini bukan lagi soal kuantitas ibadah, tapi juga kualitas ibadah. Dengan ibadah yang berkualitas itu tentu akan meninggalkan hal-hal yang tidak penting. Misalnya menyibukkan diri dengan hal-hal yang bermanfaat seperti membaca Al-Qur’an, menulis dan sebagainya.


Rajin ibadah tapi Masih Bermaksiat, Apa Faktornya?

Kenapa rajin ibadah tapi masih bermaksiat? Dari pemaparan Ustadz Adi Hidayat mengenai iman dapat kita pahami bahwa ketika iman kita standar maka godaan-godaan di atas standar tidak bisa kita cegah, dan maksiat akan muncul. Ketika iman meningkat, maka potensi-potensi maksiat di atas standar yang tadinya tidak bisa dicegah, kali ini bisa ditangani. Namun “lagha” atau hal-hal yang tidak penting masih bisa mempengaruhi iman kita di level ini. Maka, “lagha” inilah yang membuka jalan untuk bermaksiat. Ketika kita sibuk melakukan hal-hal yang tidak penting atau kurang bermanfaat, potensi-potensi untuk maksiat dapat mempengaruhi kita.

Bagaimana cara mencegah “lagha” ini? tentu dengan meningkatkan kualitas ibadah. Jika tadinya kita meningkatkan kuantitas, maka kali ini kualitas ibadah juga harus ditingkatkan. Seperti ketika shalat misalnya, mereka sudah banyak melaksanakan amalan shalat sunnah. Maka sekarang saatnya meningkatkan kualitas shalatnya dengan berusaha lebih khusyu’. Maka dengan berusaha meningkatkan kualitas ibadah inilah setan yang tadinya bisa menggoda lewat jalur “lagha” ini bisa tercegah. Semoga kita senantiasa diberi kekuatan oleh Allah untuk tetap istiqamah dalam kebaikan. Wallahu a’lam bisshawab.

Share:

Nabi Musa dan Nabi Khidr



Kita sebagai umat Islam pasti sudah mengetahui akan ayat Al-Qur’an yang pertama kali turun, yaitu surat al-Alaq ayat 1-5. Dalam ayat tersebut, terdapat banyak petunjuk dan maksud yang tidak terbatas. Diawali dengan kata Iqra (bacalah) ini merupakan fi’il amr (kata perintah). Maksudnya perintah yang pasti dan tegas untuk membaca, juga motivasi untuk belajar dan mengajar membaca.


Perintah kepada nabi Muhammad agar meminta tambahan ilmu

Dalam ayat al-Qur’an yang lain terdapat perintah guna penegasan masalah dan motivasi agar senantiasa meminta tambahan ilmu. Sebagaimana Allah berfirman:


فَتَعَٰلَى ٱللَّهُ ٱلْمَلِكُ ٱلْحَقُّ ۗ وَلَا تَعْجَلْ بِٱلْقُرْءَانِ مِن قَبْلِ أَن يُقْضَىٰٓ إِلَيْكَ وَحْيُهُۥ ۖ وَقُل رَّبِّ زِدْنِى عِلْمًا

“Maka Maha Tinggi Allah Raja Yang sebenar-benarnya, dan janganlah kamu tergesa-gesa membaca Al-Qur’an sebelum disempurnakan mewahyukannya kepadamu, dan katakanlah: “Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan”. (Q.S. Thaha (20) : 114)

Ibnu Qayyim di dalam kitabnya Miftah Dar as-Sa’dah ia berkata: ” ayat ini cukup menjadi bukti kemuliaan ilmu. Yaitu, Allah memerintahkan nabi-Nya agar meminta tambahan ilmu pengetahuan.”

Imam Zamakhsyari’ di dalam kitabnya al-Kasysyaf, ia berkata: ayat ini mengandung ketawadhu’an dan rasa syukur kepada Allah, ketika seseorang mengetahui urutan belaajar. Seakan-akan mengatakan, “Wahai Rabbku, engkau telah mengajariku kelembutan dan adab baik yang tidak ada padaku di dalam mencari ilmu. Oleh karena itu, tambahkanlah ilmuku, karena sesungguhnya engkau mempunyai ilmu dan hikmah dalam segala sesuatu”. Seorang penuntut ilmu itu tidak boleh merasa cukup, karena ilmu itu luas sehingga Allah memerintahkan untuk selalu meminta tambahan ilmu.


Kisah Nabi Musa meminta tambahan ilmu

Seorang penuntut ilmu jika semakin bertambah ilmunya maka bertambah juga wawasannya tentang keutamaan dan kedudukan ilmu. Namun juga, ketawadu’annya juga meningkat, karena ilmu bagaikan padi, semakin berisi semakin merunduk. Maknanya, penuntut ilmu tidak layak sombong dan angkuh karena ilmunya.

” Ketika Musa as. sedang berada di kerumunan Bani Israil, tiba-tiba seseorang mendatanginya, lalu bertanya “Adakah orang yang lebih berilmu darimu?”, nabi Musa menjawab “tidak”. Lalu Allah menyampaikan wahyu kepadanya, ” tentu saja ada, yaitu hamba-Ku yang bernama Khidhr”. Kemudian nabi Musa meminta agar bertemu dengannya”.

Dalam perjalanan jauh menuju ke arah Barat, nabi Musa bertemu dengan orang yang mendapat karunia ilmu yang melimpah. Lalu, nabi Musa bertanya kepada orang itu yang tidak lain adalah nabi Khidhr untuk menjadi muridnya. Nabi Khidhr menjawab, “Sungguh, engkau tidak akan sanggup sabar bersamaku dan bagaimana engkau akan bersabar atas sesuatu, sedangkan engkau belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang itu?

Kisah nabi Khidhr dan nabi Musa dimulai. Akan tetapi, nabi Khidhr meminta agar nabi Musa tidak menanyakan sesuatu apa pun sampai ia sendiri menjelaskannya. Keduanya pun melakukan perjalanan dengan menaiki sebuah perahu. Namun, di tengah perjalanan nabi Khidhr melubangi perahu itu. melihat hal itu, nabi Musa bertanya alasan ia melubangi perahu. Karena hal itu, bisa membuat penumpang di atasnya tenggelam. Nabi Khidhr mengingatkannya bahwa nabi Musa tidak akan tahan bersamanya. Lalu cerita selanjutnya, aat ia bertemu dengan seorang anak muda dan membunuhnya.

Nabi Musa pun heran dan bertanya-tanya kenapa nabi Khidhr melakukan itu? Lalu nabi Khidhr pun mengingatkannya lagi bahwa nabi Musa tidak akan mampu bersabar akhirnya nabi Musa diam dan melanjutkan perjalanan dengan nabi Khidhr. Sesampainya di sebuah kota, mereka berdua meminta untuk dijamu oleh penduduk. Tetapi, para penduduk tdak mau menjamu mereka. Nabi Khidhr melihat dinding rumah yang hampir roboh dan ia membenarkannya. Melihat hal itu, nabi Musa pun mengatakan bahwa nabi Khidhr bisa saja meminta imbalan sebagai gantinya. Mendengar hal itu, nabi Khidhr memutuskan untuk berpisah dengan nabi Musa.

Nabi Khidhr pun menjelaskan berbagai pelajaran yang terjadi selama perjalanan dengan nabi Musa. Ia mengatakan bahwa perahu yang ia lubangi merupakan milik orang miskin. Sedangkan di depannya terdapat raja yang merampas setiap perahu, maka ia melakukan hal itu untuk menyelamatkan perahu tersebut. Kemudian, anak muda yang dibunuh itu seorang kafir. Sementara orantuanya mukmin, sehingga ia khawatir anak itu membawa orang tuanya dalam kekafiran. Terakhir, ia menjelaskan perihal dinding rumah yang beliau perbaiki. Menurutnya, rumah tersebut milik dua anak yatim dan di bawahnya tersimpan harta bagi mereka berdua.


Pelajaran Kisah Musa as. Menuntut Imu

Di dalam kitab al-Mufhim Abu Abbas al-Qurthubi menyampaikan bahwa dalam kisah Musa terdapat beberapa pelajaran; yaitu: perjalanan seorang ulama untuk mencari tambahan ilmu, serta dianjurkannya memanfaatkan pertemuan dengan orang-orang baik dan para ulama meskipun jaraknya jauh. Dengan sebab itu, mereka memperoleh bagian yang banyak dan mencapai usaha yang sukses. Ilmu mereka semakin mendalam dan mereka pun pantas dikenang dan mendapat pahala.

Dalam kitab Fathul Bari Ibnu Hajar al-Atsqalani meyampaikan bahwa “kedudukan nabi Musa yang tinggi dan terhormat tidak menghalanginya untuk mencari ilmu dan mengarungi lautan demi ilmu, bahkan meminta tambahan ilmu”.

Al-Mawardi di dalam kitabnya Umdah al-Qari menyebutkan dari Ibnu Abbas, ia berkata; “Jika seseorang merasa cukup dengan ilmu yang dimilikinya, maka nabi Musa juga akan merasa cukup dengan ilmunya. Padahal dalam surat al-Kahfi ayat 66 dia berkata, “bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajariku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?”

Share:

Hasan al-Banna dan Pencuri




Hasan al-Banna dikenal sebagai seorang ulama, guru dan imam asal Mesir. Dalam sebuah kisah diceritakan bahwa rumah Hasan al-Banna pernah didatangi pencuri yang pada akhirnya justru tak mengambil harta apapun. Hasan al-Banna memiliki nama lengkap Hassan Ahmad Abdul Rahman Muhammad al-Banna. Ia termasuk tokoh yang sangat terkenal di Mesir.

Diceritakan dalam buku Kisah dan 'Ibrah oleh Syofyan Hadi, bahwa Hasan al-Banna terkenal dengan ilmunya sangat luas serta kesalehannya kepada Allah SWT. Saking cintanya dengan ilmu, Hasan al-Banna memiliki sebuah perpustakaan khusus yang mengoleksi ribuan jumlah buku di rumahnya.

Pada suatu malam, datanglah beberapa orang pencuri ke rumah Hasan al-Banna. Hasan al-Banna beserta keluarga disandera di dalam rumah oleh kawanan pencuri tersebut. Dengan demikian, secara leluasa para pencuri dapat menguras isi rumah Hasan al-Banna.


Setelah puas menguras harta dan isi rumahnya, para pencuri mulai melirik buku-buku yang ada di lemari perpustakaan Hasan al-Banna. Para pencuri pun bergerak membuka lemari dan bermaksud mengambil buku-buku milik Hasan al-Banna. Tak rela koleksi bukunya diambil oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab, Hasan al-Banna kemudian berkata, "Kalian boleh

mengambil seluruh isi rumah ini semuanya, kecuali aku bermohon kepada kalian agar jangan mengambil satupun dari buku-buku ini. Sebab, buku-buku ini sangat berharga bagiku melebihi semua hartaku yang lain. Pada buku-buku ini tersimpan ilmu yang aku miliki". Mendengar perkataan Hasan al-Banna, pencuri ini justru mengeluarkan kalimat yang sama sekali tak terduga.

"Saya heran, baru kali ini saya melihat seorang ulama besar yang merasa takut buku-bukunya diambil. Saya tahu kenapa engkau takut buku-buku ini diambil, karena engkau belumlah meletakan ilmu yang ada pada buku-buku di dalam hati dan dadamu. Ilmu-ilmu itu masih tersimpan di dalam kertas-kertas ini. Ketahuilah, Hai Hasan al-Banna! Bahwa ilmu itu ada di dalam dada, bukan pada kertas-kertas ini. Jika semua yang ada di kertas ini sudah engkau pindahkan ke dalam dadamu, tentulah ini semua tidak ada artinya bagimu dan tentu engkau tidak akan takut jika kertas-kertas ini dicuri oleh orang lain," ujar seorang pencuri.

Usai mengucapkan kalimat tersebut, para pencuri ini pergi meninggalkan rumah Hasan al-Banna tanpa membawa harta dan barang apapun. Mendengarkan ucapan pencuri itu, Hasan al-Banna terdiam serta meminta ampun kepada Allah SWT atas kelalaiannya terhadap ilmu. Dia menyesali dirinya yang tidak memindahkan ilmu yang ada di buku itu ke dalam dadanya.

Dari kisah di atas dapat diambil pelajaran, jika seseorang mencintai ilmu, maka tidaklah ada yang lebih berharga dalam pandangannya selain buku-buku yang menjadi sumber ilmu. Dia akan rela menghabiskan uangnya, mengurangi belanjanya jika sudah mencintai buku dan ilmu. Bahkan, ia akan menjadi budak buku dan ilmu.

Ilmu tidak akan ada habisnya, dan seorang muslim dianjurkan menuntut ilmu. Banyak hadits yang menjelaskan pentingnya ilmu dalam kehidupan.

Rasulullah SAW bersabda, "Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga." (HR Muslim).

Dalam hadits lain, Rasulullah SAW bahkan mengatakan bahwa menuntut ilmu sama halnya seperti sedang berjihad,

مَنْخَرَجَفِىطَلَبُالْعِلْمِفَهُوَفِىسَبِيْلِاللهِحَتَّىيَرْجِعَ

Artinya: "Barangsiapa yang keluar untuk menuntut ilmu, maka ia berada di jalan Allah hingga ia pulang," (HR Tirmidzi).

Dengan ilmu juga, seseorang bisa mendapat keutamaan di dunia sekaligus akhirat, sebagaimana hadits Rasulullah SAW,

مَنْ أَرَادَ الدُّنْيَا فَعَلَيْهِ بِاْلعِلْمِ، وَمَنْ أَرَادَ الآخِرَهَ فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ، وَمَنْ أَرَادَهُمَا فَعَلَيْهِ باِلعِلْمِ

Artinya: "Barangsiapa yang hendak menginginkan dunia, maka hendaklah ia menguasai ilmu. Barangsiapa menginginkan akhirat hendaklah ia menguasai ilmu, dan barangsiapa yang menginginkan keduanya (dunia dan akhirat) hendaklah ia menguasai ilmu," (HR Ahmad).


Share:

Kamis, 01 Agustus 2024

Jadi Pengemis Pun Dilakukan agar Tetap Bisa Belajar


Pria itu datang jauh dari Andalusia ke Baghdad dengan susah payah berjalan kaki untuk belajar hadits kepada Ahmad bin Hambal. Sesampainya di negeri tujuan, ia selalu menyamar menjadi pengemis setiap hendak belajar kepada guru yang dicarinya. Ia khawatir, jika identitasnya terbongkar, nyawa gurunya akan terancam. Bagaimana kisah lengkapnya?   

Memiliki nama lengkap Abu Abdurrahman Baqi bin Makhlad al-Qurthubi, ulama kelahiran Andalusia ini dikisahkan memiliki etos belajar yang kuat. Kondisi ekonominya yang serba kekurangan tidak menyurutkan tekadnya untuk berkelana dari satu negeri ke negeri lain demi menimba ilmu ke sejumlah ulama. Di antara negara-negara yang pernah ia singgahi adalah Andalusia, Maroko, Aljazair, Tunis, Libia, Mesir, Palestina, dan Yordania.    Salah satu kisah pengembaraan Baqi dalam menuntut ilmu dikisahkan oleh Syamsuddin adz-Dzahabi ketika ulama mulitidispliner ini hendak menimba ilmu hadits kepada Imam Ahmad bin Hambal. 

Dikisahkan, sekali waktu Baqi melakukan perjalanan jauh dari Makkah ke Baghdad, tujuan utamanya adalah untuk menuntut ilmu. Jika sudah sampai di negara tujuan, ia berencana berguru hadits kepada Imam Ahmad bin Hambal. Begitu hampir tiba di tujuan, ia mendengar kabar buruk bahwa ulama yang hendak dijadikan gurunya itu sedang dicekal, dilarang mengadakan kegiatan belajar-mengajar dengan murid-muridnya sebagaimana biasanya.   

Kabar itu tidak menyurutkan Baqi untuk melanjutkan niatnya berguru kepada ulama yang sangat dihormatinya. Sesampai di Baghdad, ia menyewa tempat untuk menginap. Saat ke masjid, ia melihat ada halaqah seorang ulama yang tampak sedang mengajar murid-muridnya. Pengajar itu ternyata Yahya bin Ma’in, teman seperguruan Ahmad bin Hambal. 

Kesempatan ini dimanfaatkan Baqi untuk bertanya banyak hal kepada Yahya. Ia bertanya tentang guru-guru yang pernah ia temui untuk dinilai kredibilitasnya sebagai seorang perawi. Terakhir, ia bertanya tantang Ahmad bin Hambal. Yahya menjawab, “Bagaimana kami berani menilai Ahmad bin Hambal! Beliau adalah imam kaum muslimin, orang terbaik dan paling utama.”    

Selesai bertanya tentang banyak hal, Baqi meminta alamat rumah Imam Ahmad. Setelah berhasil mendapatkan alamat rumah dan berjumpa di kediamannya, ia kemudian berkata kepada Imam Ahmad, “Wahai Abu Abdillah, aku datang dari jauh. Ini merupakan pertama kali aku datang ke negeri ini. Tujuanku satu, ingin belajar hadits kepada tuan.”  “Masuklah, jangan sampai ada orang yang melihatmu,” kata Imam Ahmad.  “Dari mana sebenarnya asalmu?”  “Dari ujung barat?

“Afrika?”  “Lebih jauh dari Afrika. Untuk pergi dari negeri hingga ke Afrika harus mengarungi lautan. Aku berasal dari Andalusia.”    “Jauh sekali negerimu. Aku sangat senang sekali jika bisa membantumu. Hanya saja aku sedang mendapat ujian, aku tidak diperbolehkan membuka majelis ilmu. Kau mungkin sudah mendengarnya.”

“Benar, aku tahu itu. Jika tuan mengizinkan, aku akan tetap rutin datang ke sini untuk belajar hadits. Agar tidak ada yang curiga, aku akan menyamar menjadi pengemis setiap kali ke sini. Nanti, jika aku sudah sampai di pintu, tuan bersikap kepada saya layaknya menemui pengemis. Jika setiap hari tuan bisa menyampaikan satu hadis saja untukku, itu sudah cukup.”    “Boleh, syaratnya kedatanganmu tidak diketahui olah orang lain, sekalipun oleh para muhaddits (ahli hadits.”  “Baik, aku setuju dengan syarat tuan.”    Esoknya, Baqi datang ke rumah Imam Ahmad dengan memegang sebuah tongkat dan menutup kepalanya menggunakan kain kotor. Ia pun berkata layaknya seorang pengemis. “Semoga Allah memberi balasan kebaikan kepada tuan, semoga Allah memberikan rahmat kepada tuan, orang yang meminta sudah berada di dekat rumahmu.”    

Kemudian Imam Ahmad menemuinya dan menyampaikan dua sampai tiga hadits. Hal ini berlangsung dalam waktu yang cukup lama.  Hingga akhirnya Imam Ahmad diizinkan kembali untuk membuka pengajaran. Karena sudah mengetahui kesabaran Baqi dalam menuntut ilmu, ia menempatkannya di tempat khusus di dalam majelisnya. Ia juga sering menyampaikan kisah teladan kesungguhan pria Andalusia ini kepada murid-murid di pengajiannya. (Syamsuddin adz-Dzahabi, Siyaru A’lamin Nubala, juz XVI, halaman 26).   

Diketahui, Imam Ahmad bin Hambal memiliki julukan Pimpinan Ahlusunnah wal Jama’ah. Panggilan kehormatan ini tidak disematkan kepada tiga imam madzhab lainnya, Imam Hanafi, Malik, dan Syafi’i, padahal Ahmad bin Hambal lahir paling terakhir setelah mereka. Alasannya, Ahmad bin Hambal dinilai sebagai ulama pejuang Ahlusunnah wal Jama’ah yang andal. Ia sempat mengalami cobaan berat untuk memperjuangkannya.   Muhammad Ismail al-Muqaddam menegaskan:   

والإمام أحمد يلقب بإمام أهل السنة، مع أنه آخر الأئمة الأربعة، ولم يقل ذلك في حق الإمام الشافعي أو الإمام مالك أو أبي حنيفة؛ لأنهم لم يدركوا المحنة، فالأئمة الثلاثة ما أدركوا هذه المحنة، وإنما أدركها الإمام أحمد بن حنبل، وثبت فيها، فمن ثمَّ أطبقت الأمة على اعتباره إماماً لأهل السنة؛ لصبره الشديد في هذه المحنة



Artinya, "Imam Ahmad dijuluki sebagai Imam Ahlusunnah wal Jama’ah. Gelar ini tidak dimiliki oleh tiga imam lainnya, padahal ia lahir setelah mereka. Alasannya, semasa hidupnya Ahmad bin Hambal sangat gigih memperjuangkan ajaran Ahlusunnah wal Jama’ah ini. Ia banyak mengalami ujian berat untuk mempertahankan prinsipnya.”

Share:

Senin, 29 Juli 2024

Fatima al-Fihri - Pendiri universitas tertua di dunia

Nama Fatima al-Fihri memang masih sangat asing terdengar. Perempuan kelahiran Kairouan, Tunisia ini bisa dibilang sebagai pendiri universitas pertama di dunia, yaitu Universitas Universitas Al-Qarawiyyin Fez, yang terletak di Maroko. Universitas ini didirikan oleh Fatima pada abad ke-9.

Saat ini, Guinness Book of World Records dan UNESCO mengakui universitas yang didirikan oleh Fatimah ini sebagai lembaga pendidikan tinggi tertua yang masih aktif hingga kini.

Fatima sendiri merupakan anak perempuan dari pebisnis, Muhammad al-Fihri. Pada abad ke-8, sang ayah membawa Fatima dan keluarga besarnya untuk pindah ke Fez, Maroko. Di sana, usaha ayahnya berkembang pesat dan Muhammad al-Fihri pun menjadi salah satu pebisnis sukses dan kaya raya di Fez.

Menurut HuffPost, setelah ayah dan keluarganya meninggal, Fatima mendapatkan warisan dalam jumlah yang sangat banyak dari keluarganya. Ia pun ingin menggunakan uang tersebut untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi masyarakat banyak.


Akhirnya, pada 859 M Fatima memutuskan untuk membangun sebuah masjid bernama Al-Qarawiyyin di Fez, Maroko. Ia melakukannya karena melihat bahwa masjid-masjid di kawasan Fez sangat kecil dan kadang tidak layak. Kemudian pada abad ke-10 sampai ke-12, masjid tersebut berkembang menjadi sebuah universitas bernama Universitas Al-Qayrawan.

Fatimah Al-Fihri lahir pada 800 Masehi di Kairouan, Tunisia. Ia adalah anak perempuan Abdullah Muhammad Al-Fihri yang kesohor sebagai salah satu pedagang kaya yang berhijrah dari Kairouan, Tunisia, kemudian ke Fes, Maroko di waktu Raja Idris II berkuasa.

Suami Fatimah merupakan orang kaya yang berkelapangan harta. Ketika suaminya meninggal, Fatimah mendapat warisan yang berlimpah ruah. Demikian pula harta dari ayahnya yang turut diwarisi oleh Fatimah dan Mariam Al-Fihri.

Akan tetapi, Fatimah Al-Fihri lebih memilih mewakafkan harta yang ia miliki demi kepentingan umat dan mendirikan Masjid Al-Qarawiyyin. Selain itu, ia juga membangun masjid lain bernama Al-Andalus di kawasan lainnya yang membutuhkan tempat ibadah.

Ketika Fatimah melihat kondisi masjid di Fes yang sudah tidak lagi bisa menampung umat Islam, ia pun membantu memperbesar masjid tersebut.

Di sisi lain, kecintaan Fatimah terhadap ilmu pengetahuan membuatnya berpikir untuk menggabungkan madrasah dan masjid. Tujuannya, agar umat tidak hanya sekedar beribadah, namun madrasah untuk menuntut ilmu.

Fatimah kemudian mewujudkan impiannya tersebut dengan membeli sebidang tanah yang luas, kemudian ia mendirikan masjid sekaligus madrasah untuk kaum muslim belajar dan beribadah.

Selama proses pembangunan tempat ibadah dan madrasah, Fatimah bernazar untuk berpuasa hingga proses pembangunannya selesai. Ia berharap berkah akan menyertai tempat yang sedang dibangun tersebut.

Fes, kota tempat Madrasah Al-Qarawiyyin dibangun merupakan kota kedua terbesar di Maroko. Kota ini dianggap “Mekkah dari Barat” dan "Athena dari Afrika" karena banyaknya situs bersejarah yang ada di sana. Karena itulah, UNESCO mencatat kota Fes sebagai salah satu situs pusaka dunia.

Universitas Al-Qarawiyyin, Kampus Tertua di Dunia yang Didirikan Fatimah

Universitas Al-Qarawiyyin adalah kampus tertua kedua di dunia, yang menjadi lembaga pendidikan pertama dengan sistem pendidikan yang menggabungkan elemen kebudayaan, agama, sains, dan pengetahuan umum.

Universitas ini tidak hanya menerima mahasiswa dari kalangan muslim, melainkan juga dari berbagai agama dan keyakinan. Paus Silvester II (946-1003) disebut pernah belajar di Al-Qarawiyyin semasa mudanya, demikian menurut Dr Corisande Fenwick, profesor yang fokus pada sejarah Mediterania dan abad pertengahan.

Paus Silvester II menyukai ilmu bahasa Arab, serta mengembangkan minat di bidang matematika dan ilmu astronomi.

Tokoh Barat lain yang pernah belajar di universitas Al-Qarawiyyin adalah Nicolas Cleynaerts (1495-1542). Cleynaerts merupakan seorang Yahudi yang belajar bahasa Arab untuk memahami Al-Quran selama 15 bulan.

Selain itu, ada pula Jacobus Golius (1596-1667), seorang orientalis dari Universitas Leiden yang juga mempelajari bahasa Arab dan matematika. Golius ternyata pernah menjadi guru matematika dari filsuf ternama, Rene Descartes (1596-1650).

Masih banyak tokoh-tokoh lain yang pernah belajar di universitas tersebut. Di kalangan muslim, tercatat nama matematikawan Abu Al-Abbas Az-Zawawi dan Ibnu Khaldun.

Keberadaan Universitas Al-Qarawiyyin di Maroko menjadi inspirasi dan pendorong pendirian beberapa universitas tertua dunia lainnya, seperti Universitas Al-Azhar di Mesir, Universitas Harvard di Amerika Serikat, Universitas Oxford di Inggris, Universitas Cambridge, Universitas Bologna di Italy, hingga Universitas Paris di Prancis pada abad ke-12 M.

Salah satu keunggulan Universitas Al-Qarawiyyin adalah manuskrip sejarahnya. Jumlah koleksi buku di perpustakaan universitas tersebut tercatat lebih dari 4.000 buku langka yang bisa terlacak hingga tahun terbit pada abad ke-9.

Di antara manuskrip langka yang tersimpan di Universitas Al-Qarawiyyin adalah Al-Muwatta, kitab rujukan utama mazhab Maliki yang ditulis sendiri oleh Imam Malik pada permukaan kulit gazel (hewan sejenis antelop kecil).

Ada juga manuskrip Al-Quran dari tahun 1602 pemberian Sultan Ahmad Al-Mansur Al-Dhahabi, sampai dengan salinan asli kitab Ibnu Khaldun, Kitab Al-'Ibar yang disebut sebagai koleksi berharga di perpustakaan universitas tertua teersebut.

Share:

Kemuliaanya Asiyah Istri Fir'aun

 


Asiyah adalah istri Firaun yang disebutkan di dalam Al Quran sebagai salah satu wanita mulia yang telah dijamin surga oleh Allah.
Asiyah memiliki sejumlah kemuliaan. Disebutkan dalam Al-Qur'an, Allah SWT menjadikan Asiyah binti Muzahim perumpamaan bagi orang-orang beriman. Allah SWT berfirman dalam Al-Quran surah At-Tahrim ayat 11.

وَضَرَبَ ٱللَّهُ مَثَلًا لِّلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱمْرَأَتَ فِرْعَوْنَ إِذْ قَالَتْ رَبِّ ٱبْنِ لِى عِندَكَ بَيْتًا فِى ٱلْجَنَّةِ
وَنَجِّنِى مِن فِرْعَوْنَ وَعَمَلِهِۦ وَنَجِّنِى مِنَ ٱلْقَوْمِ ٱلظَّٰلِمِينَ

Artinya: Dan Allah menjadikan istri Fir'aun (Asiyah) sebagai perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, ketika ia berkata: "Ya Rabbku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam firdaus, dan selamatkanlah aku dari Fir'aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum yang zhalim".

Kemurahan hati Asiyah istri Firaun juga disebutkan dalam Al-Qur'an surat Al-Qashash ayat 9.

وَقَالَتِ ٱمْرَأَتُ فِرْعَوْنَ قُرَّتُ عَيْنٍ لِّى وَلَكَ لَا تَقْتُلُوهُ عَسَىٰٓ أَن يَنفَعَنَآ أَوْ نَتَّخِذَهُۥ وَلَدًا وَهُمْ لَا
يَشْعُرُونَ

Artinya: Dan berkatalah istri Fir'aun, '(Ia) adalah penyejuk mata hati bagiku dan bagimu. Janganlah kamu membunuhnya, mudah-mudahan ia bermanfaat kepada kita atau kita ambil ia menjadi anak', sedang mereka tiada menyadari.

Suatu ketika ia membujuk Fira'un untuk tidak membunuh Nabi Musa AS dan mengangkatnya menjadi anak. Fir'aun pun menuruti permintaan Asiyah.


Rasulullah Muhammad SAW menyanjung Asiyah
Tidak hanya Al-Qur'an, Nabi Muhammad SAW memuji budi luhur dan iman yang dimiliki Asiyah. Dalam sebuah hadits, Rasulullah menyebut bahwa kemuliaan Istri Fir'aun sejajar dengan Siti Khadijah dan Fatimah. Siti Khadijah adalah istri Nabi Muhammad SAW. Ada pun Fatimah adalah putri Rasulullah SAW.

Ibnu Abbas meriwayatkan bahwa baginda Nabi membuat empat buah garis di atas tanah, kemudian menanyakan maksud keempat garis tersebut kepada sahabatnya. Para sahabat tidak mengetahui maksud garis-garis tersebut.

Kemudian Rasulullah bersabda, "Wanita penduduk surga yang paling utama adalah Khadijah binti Khuwailid, Fatimah binti Muhammad, Asiyah bint Muzahim; istri Fir'aun, dan Maryam bint Imran, semoga Allah meridhai mereka semuanya." (HR. Ahmad)

Rasulullah juga menyebut perumpamaan dari keutamaan Asiyah istri Fir'aun atas kaum perempuan muslim lainnya. Abu Musa berkata bahwa Rasullah SAW penah bersabda, "Orang yang sempurna kemuliaannya dari kalangan laki-laki banyak, namun wanita yang sempuna kemuliaannya hanyalah Asiyah istri Firaun, dan Maryam binti Imran. Dan sungguh keutamaan Aisyah atas semua wanita adalah seperti keutamaan tsarid (jenis roti terbaik) atas segala makanan". (Muttafaq alaih)


Asiyah binti Muzahim merupakan istri raja Fir'aun. Meski sang suami merupakan seorang yang terkenal sangat jahat dan kejam, Asiyah adalah sosok yang sabar, sopan, santun juga penuh kemuliaan. Ia adalah seorang wanita dengan budi pekerti luhur, penyayang dan penuh keteguhan untuk senantiasa berada di jalan yang benar.

Tak hanya cantik budi pekertinya, Asiyah juga merupakan seorang wanita yang begitu cantik parasnya. Kecantikannya inilah yang membuat raja Fir'aun bertekuk lutut padanya. Fir'aun begitu menyayangi Asiyah dan menuruti apa yang diinginkan wanita mulia tersebut termasuk menuruti kemauan Asiyah mengangkat Musa AS sebagai puteranya.

Awal Pernikahan Buat Asiyah Bahagia, Tapi Selanjutnya...
Seperti pengantin baru pada umumnya, awal pernikahan menjadi saat-saat yang membahagiakan. Apalagi, saat itu Asiyah menjadi istri dari seorang raja besar di zamannya. Sayang, kebahagiaan tersebut tidak berlangsung lama. Fir'aun mengaku bahwa selain sebagai raja, ia juga merupakan Tuhan dan meminta semua rakyatnya menyembahnya.


Apa yang dikatakan Fir'aun tentu saja membuat Asiyah berat hati. Ia juga dipaksa menyembah suaminya sendiri dan mengakui bahwa sang suami adalah Tuhan. Dengan penuh kesabaran, Asiyah menuruti permintaan suami walau di dalam hatinya ia sangat keberatan, tersiksa dan berontak.

Dari hari ke hari, bulan ke bulan hingga tahun ke tahun, Asiyah terus bersabar menghadapi sifat buruk sang suami. Suatu ketika ia bahkan rela berkorban nyawa menghadapi perlakuan sang suami.

Keteguhan Keimanan Asiyah
Asiyah adalah wanita mulia yang memiliki keteguhan hati kuat untuk selalu beriman kepada Allah SWT. Meski sang suami menyiksanya dengan siksaan berat, ia tak pernah mau mengingkari keteguhan hatinya. Asiyah selalu mengamalkan apa yang diajarkan Musa AS dengan baik. Ia juga hanya menyembah Allah SWT.

Dari Abu Hurairah Radhiyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallohu 'alaihi wa sallam bersabda, "Sesungguhnya Fir’aun mengikat istrinya dengan besi sebanyak 4 ikatan, pada kedua tangan dan kedua kakinya. Jika ia telah meninggalkan Asiyah terbelenggu maka para Malikat menaunginya," (HR. Abu Ya’la).

Saat Fir'aun mengganjarnya dengan siksaan yang bertubi-tubi atas keimanannya, Asiyah berdoa, "Ya Tuhanku, bangunlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam surga dan selamatkanlah aku dari Firaun dan perbuatannya dan selamatkanlah aku dari kaum yang zalim.” (Q.S. At-Tahrim [66] : 11).

Atas keteguhan keimanannya, Asiyah pun menjadi salah satu wanita mulia yang dijamin masuk surga oleh Allah SWT. Ia telah menjadi seorang wanita dengan kedudukan sangat mulia. Ia juga merupakan seorang wanita kuat lagi tegas menentang kezhaliman Fir'aun.

Share: