for learn successfull and Healthy Live

Guru Heroik di Tanah Pedalaman

Mei L Heumasse mendedikasikan dirinya untuk pemerataan pendidikan anak usia dini di Timur Indonesia. Mei termotivasi dari orangtuanya dan kehidupannya sebagai anak nelayan.

Melawan Keraguan dengan Keberanian

Penuh Semangat dan Gagasan Imam Robandi. Prof. Imam Robandi menjadi mentor yang menghidupkan kembali semangat Pak Said di saat ia merasa terpuruk. Melalui nasihat, dukungan, dan teladan dari sang guru besar, Pak Said menemukan kembali keyakinannya.

10 Adab Berbicara: Rasulullah ﷺ

1. Adab berbicara: Jangan terlalu berceloteh 2. Adab berbicara: Berbicara dengan Hati-hati 3. Adab berbicara: Berkata yang baik, jika tidak hendaknya diam 4. Adab berbicara: Tidak mencela 5. Adab berbicara: Menghindari dusta 6. Adab berbicara: Menghindari ghibah dan panggilan yang buruk 7. Adab berbicara: Tidak memotong maupun memonopoli pembicaraan 8. Adab berbicara: Menjauhi debat kusir Menjauhi debat kusir 9. Adab berbicara: Merasa kagum pada diri sendiri 10. Adab berbicara: Menjaga suara

Upacara HUT RI Ke-80 dan 2 Bocah Gowa Pengais Sisa Makanan

Ayah Syamsul, Dorra Daeng Ngempo (52), hanya seorang pedagang sayur kelor di pasar tradisional, sedangkan ibu Aidil, Sumiati (39), mengandalkan penghasilan serabutan untuk menyambung hidup. "Memang dia ke sana mau nonton upacara. Daripada mubazir itu kue, jadi dia bawa pulang untuk dimakan," kata Sumiati tentang anaknya.

Gaya Hidup dan Beban Negara

Guru dan Pejabat. kedua jabatan ini kerap menjadi guyonan atau bahan kritikan di media sosial.

Tampilkan postingan dengan label 4LKIS4H. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label 4LKIS4H. Tampilkan semua postingan

Selasa, 19 Agustus 2025

Gaya Hidup dan Beban Negara

Beban Negara dan Yang Terbebani; Bagaimana Negri ini Bisa Maju? 


Anggota Komisi I DPR TB Hasanuddin secara terbuka menyatakan, “Take home pay itu lebih dari Rp100 juta, so what gitu loh. Rp 3 juta per hari, bayangkan kalau dengan wartawan berapa? Saya bersyukur sekali.” saat ditemui di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa, 12 Agustus 2025.

Menunjang pernyataan TB Hasanuddin, Ketua DPR Puan Maharani menegaskan, “Enggak ada kenaikan . Hanya sekarang DPR sudah tidak mendapatkan rumah jabatan, namun diganti dengan kompensasi uang rumah. Itu saja karena rumahnya sudah dikembalikan ke pemerintah. Itu saja,” kepada wartawan saat ditemui di Istana Merdeka, Minggu, 17 Agustus 2025

Gaji DPR: Rp54,05 Juta + Rp50 Juta

Merujuk Peraturan Pemerintah Nomor 75 Tahun 2000 dan Surat Menkeu S-520/MK.02/2015, anggota DPR memperoleh:

  • Gaji pokok Rp4,2 juta.

  • Tunjangan jabatan Rp9,7 juta.

  • Tunjangan komunikasi Rp15,5 juta.

  • Tunjangan listrik dan telepon Rp7,7 juta.

  • Tunjangan kehormatan Rp5,6 juta.

  • Tunjangan keluarga dan beras Rp2,4 juta.

  • Uang sidang serta komponen lain.

Jika dijumlah, komponen resmi yang melekat mencapai Rp54,05 juta per bulan.

Selain itu, DPR juga mendapat tunjangan rumah rakyat Rp50 juta per bulan jika tidak menempati rumah dinas.

Dengan demikian, total take home pay anggota DPR bisa mencapai Rp104,05 juta per bulan.

Peneliti ICW, Egi Primayogha, pada 21 Juli 2024 menyebut angka ini berlebihan.

“Di satu sisi pemerintah selalu berbicara soal keterbatasan APBN, tetapi di sisi lain penghasilan anggota DPR bisa menembus Rp100 juta per bulan. Ada ironi di sini ketika rakyat kecil masih kesulitan memenuhi kebutuhan pokok,” ujarnya.

Guru Honorer: Rp300 Ribu–Rp2,5 Juta

Kondisi berbanding terbalik dialami guru honorer.

Data Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) Oktober 2024 menunjukkan sebagian guru honorer di daerah masih menerima hanya Rp300 ribu–Rp1,5 juta per bulan, sedangkan di kota besar rata-rata Rp2–Rp2,5 juta.

Ketua Umum FSGI Retno Listyarti, pada konferensi pers 5 Oktober 2024 menegaskan, “Guru honorer bekerja dengan beban jam mengajar sama dengan guru ASN, tetapi pendapatan mereka jauh dari layak. Tidak jarang guru honorer harus mencari pekerjaan sampingan hanya untuk menutupi kebutuhan hidup keluarganya.”

Pekerja Informal: Rp1,15–Rp1,8 Juta

Sektor informal yang menyerap lebih dari 60 persen tenaga kerja nasional juga mengalami hal serupa.

Data BPS 2024 mencatat rata-rata penghasilan:

  • Pertanian: Rp1,15 juta.

  • Jasa: Rp1,72 juta.

  • Industri: Rp1,8 juta.

Jika dirata-rata, pekerja informal hanya memperoleh sekitar Rp1,58 juta per bulan, jauh dari KHL yang berada di kisaran Rp3,5–Rp5 juta.

Tanpa jaminan sosial dan kepastian kerja, pekerja sektor informal hidup dalam kondisi sangat rentan.

Perbandingan langsung menunjukkan perbedaan yang signifikan :

  • DPR: Rp104,05 juta.

  • KHL Nasional: Rp3,5–Rp5 juta.

  • Pekerja informal: Rp1–Rp2,5 juta.

  • Guru honorer: Rp0,3–Rp2,5 juta.

Dengan kata lain, gaji DPR setara 30–40 kali lipat penghasilan guru honorer dan pekerja informal.

Share:

Prof. Imam Robandi dan Ahmad Said Matondang : mengubah sebuah sekolah swasta menjadi institusi pendidikan unggulan.

Prof. Imam Robandi, guru besar ITS (Institut Teknologi Sepuluh Nopember), serta perjalanan Ahmad Said Matondang dalam mengubah sebuah sekolah swasta menjadi institusi pendidikan unggulan. Di tengah berbagai tantangan, mulai dari keterbatasan fasilitas, minimnya kepercayaan masyarakat, hingga persaingan antar sekolah, ia terus melangkah maju. Setiap bab adalah potret perjuangan yang menggambarkan kerja keras tanpa pamrih demi masa depan yang lebih baik.

Salah satu yang paling menginspirasi adalah bagaimana Prof. Imam Robandi menjadi mentor yang menghidupkan kembali semangat Pak Said di saat ia merasa terpuruk. Melalui nasihat, dukungan, dan teladan dari sang guru besar, Pak Said menemukan kembali keyakinannya. Ia belajar bahwa pendidikan adalah ladang amal yang tidak akan pernah sia-sia, dan setiap langkah kecil yang dilakukan dengan ikhlas akan membuahkan hasil besar di masa depan.

Salah satu momen paling heroik dalam buku ini adalah ketika Pak Said menghadapi tantangan untuk meyakinkan orang tua agar mempercayakan anak-anak mereka bersekolah di institusi yang ia pimpin. Dengan penuh keberanian, ia merancang beberapa program unggulan sekolahnya agar dapat melihatkan visi besar sekolahnya. Dalam suasana yang penuh ketegangan, akhirnya perlahan-lahan kepercayaan mulai tumbuh, dan sekolah tersebut mulai dikenal sebagai institusi yang memiliki kualitas dan karakter

 menggambarkan bagaimana Pak Said berjuang untuk menyakinkan pihak Bank agar dapat membantu mewujudkan impiannya. Dalam situasi tersebut, ia harus memilih antara menyerah atau berjuang lebih keras. Ia tidak hanya memohon doa, tetapi juga bekerja siang dan malam untuk mencari solusi.

Ada pula momen di mana Said Matondang terharu melihat senyum anak-anak yang akhirnya bisa mendapatkan pendidikan berkualitas. Mereka, yang sebelumnya tak memiliki banyak harapan, kini mampu bermimpi besar. Setiap pencapaian kecil menjadi bukti bahwa pengorbanannya tidak sia-sia.

Dengan suasana heroik yang membakar semangat dan momen haru biru yang menyentuh hati, buku ini mengingatkan kita bahwa pahlawan sejati tidak selalu berada di medan perang. Kadang, mereka ada di ruang kelas, di kantor kepala sekolah, atau di balik meja sederhana yang penuh dengan tumpukan rencana dan harapan.







Share:

Syamsul dan Muhammad Aidil Mengais Sisa Makanan setelah HUT RI

Mereka adalah Syamsul (7) dan Muhammad Aidil (7). Dengan kantong kresek hitam di tangan, keduanya membuka kotak-kotak makan yang ditinggalkan, lalu mengumpulkan kue yang masih tersisa. Kehidupan Syamsul dan Aidil memang jauh dari sorotan. Mereka tumbuh di rumah semi permanen sederhana di Kecamatan Somba Opu.

Ayah Syamsul, Dorra Daeng Ngempo (52), hanya seorang pedagang sayur kelor di pasar tradisional, sedangkan ibu Aidil, Sumiati (39), mengandalkan penghasilan serabutan untuk menyambung hidup.

Tamu undangan berlalu begitu saja, tapi kamera salah seorang peserta upacara menangkap momen itu. Dia mengaku kue yang dikumpulkan dari kegiatan Upacara HUT RI itu dibawa pulang ke rumah untuk dimakan bersama keluarga.

"Dia jalan kaki ke lapangan. Itu kue yang dikumpulkan dibawa pulang, untuk orang di rumah," tutur Mila.

"Memang dia ke sana mau nonton upacara. Daripada mubazir itu kue, jadi dia bawa pulang untuk dimakan," kata Sumiati tentang anaknya. 


Kisah dua bocah ini pun menyeret perhatian publik. Bahkan banyak warganet menandai akun Kapolres Gowa, AKBP Muhammad Aldy Sulaiman. Responsnya tidak sekadar janji, tapi diwujudkan dengan langkah nyata. Sang Kapolres datang berseragam lengkap, melepas sepatu larasnya sebelum masuk, lalu duduk bersilaturahmi dengan keluarga.

"Alhamdulillah, kami bisa bersilaturahmi kepada orang tua dari anak-anak tersebut. Tentunya kami juga ada sedikit memberikan perhatian," ujar Aldy kepada awak media.

Tak berhenti di situ, dia langsung mengundang Syamsul dan Aidil bersama orang tuanya untuk datang ke Mapolres Gowa, Selasa (19/8/2025). Keduanya akan dihadiahi sepeda dari Aldy Sulaiman.

"Insya Allah apabila tidak ada halangan, kami akan mengajak mereka bermain bersama personel polisi. Kami juga akan memberikan sepeda untuk masing-masing," ujarnya.

Air mata haru pun tumpah. Dorra, ayah Syamsul, berulang kali mengucap syukur. Dia tidak menyangka apa yang dilakukan anaknya itu bisa berbuah rezeki.

Share:

10 Adab Berbicara: Rasulullah ﷺ

Lisan seseorang juga mencerminkan akhlaknya. Maka, seorang muslim yang berakhlak baik senantiasa akan mengeluarkan bahasa yang baik. Muslim diajarkan tentang adab dalam berbagai hal. Salah satunya adab berbicara. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh muslim terkait adab berbicara ini.

Perkataan yang keluar dari mulut seorang muslim, seyogyanya harus lah perkataan yang baik. Disampaikan dengan bahasa yang baik, serta dapat dipahami oleh lawan bicara. Jangan sampai perkataan seorang muslim itu menyakiti orang lain, ketus, tidak sopan, dan menimbulkan permusuhan.

Rasulullah ﷺ mencontohkan akhlak baik itu kepada umatnya. Beliau senantiasa berkata dengan santun dan lembut, sehingga masing-masing lawan bicaranya merasa dimuliakan oleh Rasulullah ﷺ.

Ada banyak adab berbicara yang dicontohkan Rasulullah melalui akhlaknya yang mulia ini. Berikut beberapa adab berbicara sesuai tuntunan Rasulullah ﷺ: 

1Adab berbicara: Jangan terlalu berceloteh

Berhati-hatilah dari terlalu banyak berceloteh dan terlalu banyak berbicara. Jadikan ucapan yang disampaikan menjadi perkataan yang ringkas, jelas yang tidak bertele-tele yang dengannya akan memperpanjang pembicaraan.

Allah Ta’ala berfirman:

لَا خَيۡرَ فِىۡ كَثِيۡرٍ مِّنۡ نَّجۡوٰٮهُمۡ اِلَّا مَنۡ اَمَرَ بِصَدَقَةٍ اَوۡ مَعۡرُوۡفٍ اَوۡ اِصۡلَاحٍۢ بَيۡنَ النَّاسِ‌ ؕ وَمَن يَّفۡعَلۡ ذٰ لِكَ ابۡتِغَآءَ مَرۡضَاتِ اللّٰهِ فَسَوۡفَ نُـؤۡتِيۡهِ اَجۡرًا عَظِيۡمًا

“Tidak ada kebaikan dari banyak pembicaraan rahasia mereka, kecuali pembicaraan rahasia dari orang yang menyuruh (orang) bersedekah, atau berbuat kebaikan, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Barangsiapa berbuat demikian karena mencari keridhaan Allah, maka kelak Kami akan memberinya pahala yang besar“. (QS An nisa:114)

2Adab berbicara: Berbicara dengan Hati-hati

Berusahalah mengontrol lidah hanya untuk mengucapkan perkataan yang bernilai positif dan tidak menyinggung atau menyakiti. Berbicaralah dengan hati-hati, jangan sampai lepas kendali. Hendaknya kita pun senantiasa mengingat akan satu firman Allah Ta’ala yang artinya: “Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir,” (QS. Qaaf : 18)

3Adab berbicara: Berkata yang baik, jika tidak hendaknya diam

Berkata yang baik juga merupakan salah satu ciri orang yang beriman kepada Allah. Sekiranya tidak mampu untuk berbicara yang baik, atau merasa bibir ini gatal manakala mendengar orang bergosip, maka sebaiknya menjauhlah dari hal-hal tersebut. Jangan turut mendengarkan, yang akan memancing untuk turut serta. Rasulullah SAW bersabda:“ Siapa yang beriman Kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia mengatakan yang baik atau diam,” (HR. Bukhari dan Muslim).

4Adab berbicara: Tidak mencela

Rasulullah ﷺ bersabda, “Bukanlah seorang mukmin tidak suka mencela, melaknat dan berkata-kata keji,” (HR. Tirmidzi dengan sanad shahih).

Dengan kata lain, hadis di atas mengatakan bahwa orang-orang yang beriman adalah orang-orang yang selalu berbicara dalam kebaikan. Alah Ta’ala berfirman:

يٰۤاَيُّهَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا لَا يَسۡخَرۡ قَوۡمٌ مِّنۡ قَوۡمٍ عَسٰٓى اَنۡ يَّكُوۡنُوۡا خَيۡرًا مِّنۡهُمۡ وَلَا نِسَآءٌ مِّنۡ نِّسَآءٍ عَسٰٓى اَنۡ يَّكُنَّ خَيۡرًا مِّنۡهُنَّ‌ۚ وَلَا تَلۡمِزُوۡۤا اَنۡفُسَكُمۡ وَلَا تَنَابَزُوۡا بِالۡاَلۡقَابِ‌ؕ بِئۡسَ الِاسۡمُ الۡفُسُوۡقُ بَعۡدَ الۡاِيۡمَانِ‌ ۚ وَمَنۡ لَّمۡ يَتُبۡ فَاُولٰٓٮِٕكَ هُمُ الظّٰلِمُوۡنَ

“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olokkan) perempuan lain (karena) boleh jadi perempuan (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela satu sama lain dan janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasik) setelah beriman. Dan barangsiapa tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zhalim.” (QS.Al-Hujurat:11)

5Adab berbicara: Menghindari dusta

“Tanda-tanda munafik itu ada 3, jika ia bicara berdusta, jika ia berjanji mengingkari dan jika diberi amanah ia khianat,” (HR. Bukhari). Ingatlah, bahwa Rasulullah saw telah memberikan jaminan surga bagi mereka yang senantiasa menghindari dusta. Hal ini tertuang dalam salah satu hadisnya yang artinya: “Aku jamin rumah didasar surga bagi yang menghindari berdebat sekalipun ia benar, dan aku jamin rumah ditengah surga bagi yang menghindari dusta walaupun dalam bercanda, dan aku jamin rumah di puncak surga bagi yang baik akhlaqnya,” (HR. Abu Daud).

6Adab berbicara: Menghindari ghibah dan panggilan yang buruk

Dalam sebuah hadis, Rasulullah ﷺ bersabda, “Ghibah ialah engkau menceritakan saudaramu tentang sesuatu yang ia benci.” Si penanya kembali bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimanakah pendapatmu bila apa yang diceritakan itu benar ada padanya ?” Rasulullah saw menjawab, “Kalau memang benar ada padanya, itu ghibah namanya. Jika tidak benar, berarti engkau telah berbuat buhtan (mengada-ada).” (HR. Muslim, Tirmidzi, Abu Dawud, dan Ahmad).

Dalam hadis yang lain, Rasulullah ﷺ juga berkata, “Janganlah kalian saling mendengki, dan janganlah kalian saling membenci, dan janganlah kalian saling berkata-kata keji, dan janganlah kalian saling menghindari, dan janganlah kalian saling meng-ghibbah satu dengan yang lain, dan jadilah hamba-hamba Allah yang bersaudara,” (HR. Muttafaq ‘alaih).

7Adab berbicara: Tidak memotong maupun memonopoli pembicaraan

Memotong pembicaraan orang lain di saat berbicara bisa membuat orang tersinggung. Selain itu, dengan memotong pembicaraan orang lain, apa yang disampaikan orang lain belum tentu tersampaikan dengan baik apa yang dimaksud. Berilah kesempatan lawan bicara anda untuk menyelesaikan pembicaraan yang ingin dia sampaikan.

Memonopoli pembicaraan berarti ingin menguasai pembicaraan tanpa memedulikan orang lain. Secara alami, pembicaraan akan didominasi oleh satu orang jika memang apa yang disampaikannya berbobot dan ia punya kompeten, keahlian terhadap topik yang sedang dibicarakan. Jika anda tidak kompeten terhadap apa yang dibicarakan, jangan berusaha untuk mendominasi pembicaraan. Hal ini akan membuat psikologi komunikasi anda menjadi buruk.

8Adab berbicara: Menjauhi debat kusir Menjauhi debat kusir

“Tidaklah sesat suatu kaum setelah mendapatkan hidayah untuk mereka, melainkan karena terlalu banyak berdebat,” (HR Ahmad dan Tirmidzi)

Dalam hadist lain disebutkan sabda Nabi ﷺ: “Aku jamin rumah di dasar surga bagi yang menghindari berdebat sekalipun ia benar, dan aku jamin rumah di tengah surga bagi yang menghindari dusta walaupun dalam bercanda, dan aku jamin rumah di puncak surga bagi yang baik akhlaqnya.” (HR Abu Daud)

Adab berbicara: Merasa kagum pada diri sendiri

Jauhilah sifat merasa kagum dengan diri sendiri, sok fasih dan terlalu memaksakan diri dalam bertutur kata, sebab ini merupakan sifat yang sangat dibenci Rasulullah SAW , dimana Beliau bersabda:

 وإن أبغضكم إليّ وأبعدكم مني مجلساً يوم القيامة الثرثارون والمتشدقون والمتفيهقون

“Sesungguhnya orang yang paling aku benci diantara kalian dan yang paling jauh majelisnya dariku pada hari kiamat : orang yang berlebihan dalam berbicara, sok fasih dengan ucapannya dan merasa ta’ajjub terhadap ucapannya.” (HR.Tirmidzi,Ibnu Hibban dan yang lainnya dari hadits Abu Tsa’labah Al-Khusyani)

10Adab berbicara: Menjaga suara

Khusus untuk muslimah harus menjaga suara yang dikeluarkannya. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa sallam juga telah bersabda, “Wanita itu adalah aurat, apabila ia keluar rumah maka syaitan menghias-hiasinya (membuat indah dalam pandangan laki-laki sehingga ia terfitnah),” (HR. At Tirmidzi). 

Share:

Guru Heroik di Tanah Pedalaman

Mei L Heumasse mendedikasikan dirinya untuk pemerataan pendidikan anak usia dini di Timur Indonesia. Mei termotivasi dari orangtuanya dan kehidupannya sebagai anak nelayan.

Mei mendedikasikan dirinya untuk membantu meningkatkan Pendidikan kepada para anak anak nelayan juga.

Sejak 2009, ia mematangkan dirinya untuk mengabdi di Paud Pelangi Sukacita 2, Kecamatan Keukerbu, Kota Sorong, Papua atau yang biasa dikenal orang dengan julukan sekolah di atas laut. Berbagai rintangan telah dihadapi Mei selama 15 tahun mengabdi sebagai seorang guru PAUD.

Mei harus menempuh perjalanan selama 3 jam menuju sekolah, hambatan tidak sampai disitu, ia pun harus menyebrang laut untuk sampai ditempat ia mengajar. Dikala musim penghujan, jembatan yang menjadi satu-satunya akses menuju sekolah, sangatlah licin.

“Tidak jarang saya meliburkan anak-anak, karena musim penghujan, akses menuju sekolah sangat berbahaya,” ucap Mei.

Hambatan Mei tidak hanya sebatas perjalanannya yang panjang untuk bolak-balik rumah dan sekolah, tetapi juga sarana prasarana sekolah yang kurang mendukung dalam kegiatan belajar mengajar. Masalah utama meliputi ketidaktersediaan infrastruktur pendidikan yang memadai di daerah pedesaan, masalah ekonomi, dan kesenjangan sosial yang menghalangi akses anak-anak terhadap pendidikan berkualitas.

Kualitas Pendidikan usia dini tidak terlepas dari peran pendidik yang berkualitas. Pendidik PAUD memiliki tanggung jawab besar dalam membentuk karakter dan kemampuan anak-anak sejak dini. Seorang pendidik PAUD harus mampu memberikan lingkungan belajar yang stimulatif, aman, dan penuh kasih sayang. Pendidik yang kompeten dan berdedikasi tinggi sangat penting untuk memastikan setiap anak mendapatkan pendidikan terbaik sejak awal.

“Ruangan kelas kami hanya 1 yang dipakai secara bergantian, ruang guru ataupun kantor kami tidak punya, dan terkadang saya menggunakan uang pribadi untuk membantu anak-anak untuk memiliki alat tulis. Semangat anak-anak nelayan ini yang membuat saya terus mengabdi memberikan pendidikan terbaik yang saya bisa,” tambah Mei.

Sejalan dengan Mei, salah satu pendidik Sri Lasri Yohana Situmeang memutuskan untuk mengabdi di TK Anugerah Abadi, Desa Tepian Langsat, Bengalon, Kalimantan Timur, yakni sebuah sekolah yang terletak di tengah perkebunan kelapa sawit.

"Saya berusaha mengunjungi anak-anak yang terhalang untuk ke sekolah, memastikan anak-anak tetap mendapatkan pendidikan usia dini. Ini adalah bentuk komitmen saya sebagai Guru PAUD," kata Sri.

Menurut Sri, pendidikan usia dini membantu anak-anak belajar berinteraksi dengan lingkungan, mengembangkan kemampuan bahasa, dan membangun dasar yang kuat untuk pembelajaran di masa mendatang.

Di daerah Sri mengabdi, masih banyak orang tua yang masih berpikir bahwa pendidikan usia dini tidak penting. Melalui sosialisasi dan kunjungan ke orang tua, Sri bersama timnya secara rutin berusaha menyadarkan para orang tua akan pentingnya pendidikan bagi masa depan anak-anak mereka.

“Kami mendatangi rumah mereka satu per satu, mengenalkan Pendidikan usia dini seperti apa, tujuannya untuk apa dan manfaatnya, walaupun memang masih banyak pola pikir Masyarakat disini, tidak seperti Masyarakat perkotaan,” tambah Sri.

Tantangan yang dihadapi Sri bukan hanya dari pola pikir masyarakat setempat, melainkan dari lingkungan. Dalam perjalanan pengabdiannya sebagai seorang guru di pedalaman Kalimantan, Sri menghadapi berbagai tantangan yang tidak mudah.

"Setiap hujan, jalanan menuju sekolah terendam banjir, jalanan tanah merah membuat sulit dilewati terkadang kesekolah membutuhkan waktu 1 jam dalam jarak dekat, tapi saya tetap semangat, karena saya tahu anak-anak ini butuh pendidikan dan kasih sayang,” jelas Sri.

Dari keterbatasan infrastruktur hingga ancaman hewan hutan yang berbahaya, semua dihadapinya dengan keberanian dan ketenangan demi keamanan anak-anak didiknya. Perjuangan dan dedikasi para pendidik di pedalaman Indonesia tidaklah sia-sia.

Berkat usaha Mei dan Sri, 2 (dua) orang figur pendidik dari pedalaman ini dianugerahi penghargaan Guru Heroik pada Askrindo PAUD Indonesia Awards (APIA) 2024, sebuah acara apresiasi dari PT Asuransi Kedit Indonesia (Askrindo) atas dedikasi luar biasa para guru PAUD yang telah memberikan dampak positif bagi pendidikan anak usia dini di Indonesia.

PT Asuransi Kredit Indonesia (Askrindo) terus berinovasi dan meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia untuk menciptakan generasi yang cerdas, kreatif, dan berakhlak mulia demi membangun Generasi Emas Indonesia tahun 2045. Direktur Utama PT Askrindo, Fankar Umran, menyatakan bahwa Askrindo turut berkomitmen untuk mendukung peningkatan kualitas Pendidikan anak anak di Indonesia melalui program program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan PT Askrindo.

“Sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) No. 4 tentang Pendidikan Berkualitas, bahwa setiap anak di Indonesia berhak mendapatkan pendidikan yang layak,” ucap Fankar.

Askrindo telah menjalankan sejumlah program untuk meningkatkan kualitas pendidikan anak-anak di Indonesia, seperti Askrindo PAUD Indonesia Awards yang mendukung peningkatan kualitas para guru PAUD, Mobil Pintar (MOPI) yang menyediakan sarana literasi bagi 22.000 anak, sosialisasi tentang perlindungan anak, dan berbagai inisiatif lainnya.

“Kami berkomitmen untuk mendukung peningkatan kualitas pendidikan sehingga tercipta generasi emas yang berkualitas dan berakhlak," tutup Fankar.

Share:

Jumat, 02 Agustus 2024

Nabi Musa dan Nabi Khidr



Kita sebagai umat Islam pasti sudah mengetahui akan ayat Al-Qur’an yang pertama kali turun, yaitu surat al-Alaq ayat 1-5. Dalam ayat tersebut, terdapat banyak petunjuk dan maksud yang tidak terbatas. Diawali dengan kata Iqra (bacalah) ini merupakan fi’il amr (kata perintah). Maksudnya perintah yang pasti dan tegas untuk membaca, juga motivasi untuk belajar dan mengajar membaca.


Perintah kepada nabi Muhammad agar meminta tambahan ilmu

Dalam ayat al-Qur’an yang lain terdapat perintah guna penegasan masalah dan motivasi agar senantiasa meminta tambahan ilmu. Sebagaimana Allah berfirman:


فَتَعَٰلَى ٱللَّهُ ٱلْمَلِكُ ٱلْحَقُّ ۗ وَلَا تَعْجَلْ بِٱلْقُرْءَانِ مِن قَبْلِ أَن يُقْضَىٰٓ إِلَيْكَ وَحْيُهُۥ ۖ وَقُل رَّبِّ زِدْنِى عِلْمًا

“Maka Maha Tinggi Allah Raja Yang sebenar-benarnya, dan janganlah kamu tergesa-gesa membaca Al-Qur’an sebelum disempurnakan mewahyukannya kepadamu, dan katakanlah: “Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan”. (Q.S. Thaha (20) : 114)

Ibnu Qayyim di dalam kitabnya Miftah Dar as-Sa’dah ia berkata: ” ayat ini cukup menjadi bukti kemuliaan ilmu. Yaitu, Allah memerintahkan nabi-Nya agar meminta tambahan ilmu pengetahuan.”

Imam Zamakhsyari’ di dalam kitabnya al-Kasysyaf, ia berkata: ayat ini mengandung ketawadhu’an dan rasa syukur kepada Allah, ketika seseorang mengetahui urutan belaajar. Seakan-akan mengatakan, “Wahai Rabbku, engkau telah mengajariku kelembutan dan adab baik yang tidak ada padaku di dalam mencari ilmu. Oleh karena itu, tambahkanlah ilmuku, karena sesungguhnya engkau mempunyai ilmu dan hikmah dalam segala sesuatu”. Seorang penuntut ilmu itu tidak boleh merasa cukup, karena ilmu itu luas sehingga Allah memerintahkan untuk selalu meminta tambahan ilmu.


Kisah Nabi Musa meminta tambahan ilmu

Seorang penuntut ilmu jika semakin bertambah ilmunya maka bertambah juga wawasannya tentang keutamaan dan kedudukan ilmu. Namun juga, ketawadu’annya juga meningkat, karena ilmu bagaikan padi, semakin berisi semakin merunduk. Maknanya, penuntut ilmu tidak layak sombong dan angkuh karena ilmunya.

” Ketika Musa as. sedang berada di kerumunan Bani Israil, tiba-tiba seseorang mendatanginya, lalu bertanya “Adakah orang yang lebih berilmu darimu?”, nabi Musa menjawab “tidak”. Lalu Allah menyampaikan wahyu kepadanya, ” tentu saja ada, yaitu hamba-Ku yang bernama Khidhr”. Kemudian nabi Musa meminta agar bertemu dengannya”.

Dalam perjalanan jauh menuju ke arah Barat, nabi Musa bertemu dengan orang yang mendapat karunia ilmu yang melimpah. Lalu, nabi Musa bertanya kepada orang itu yang tidak lain adalah nabi Khidhr untuk menjadi muridnya. Nabi Khidhr menjawab, “Sungguh, engkau tidak akan sanggup sabar bersamaku dan bagaimana engkau akan bersabar atas sesuatu, sedangkan engkau belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang itu?

Kisah nabi Khidhr dan nabi Musa dimulai. Akan tetapi, nabi Khidhr meminta agar nabi Musa tidak menanyakan sesuatu apa pun sampai ia sendiri menjelaskannya. Keduanya pun melakukan perjalanan dengan menaiki sebuah perahu. Namun, di tengah perjalanan nabi Khidhr melubangi perahu itu. melihat hal itu, nabi Musa bertanya alasan ia melubangi perahu. Karena hal itu, bisa membuat penumpang di atasnya tenggelam. Nabi Khidhr mengingatkannya bahwa nabi Musa tidak akan tahan bersamanya. Lalu cerita selanjutnya, aat ia bertemu dengan seorang anak muda dan membunuhnya.

Nabi Musa pun heran dan bertanya-tanya kenapa nabi Khidhr melakukan itu? Lalu nabi Khidhr pun mengingatkannya lagi bahwa nabi Musa tidak akan mampu bersabar akhirnya nabi Musa diam dan melanjutkan perjalanan dengan nabi Khidhr. Sesampainya di sebuah kota, mereka berdua meminta untuk dijamu oleh penduduk. Tetapi, para penduduk tdak mau menjamu mereka. Nabi Khidhr melihat dinding rumah yang hampir roboh dan ia membenarkannya. Melihat hal itu, nabi Musa pun mengatakan bahwa nabi Khidhr bisa saja meminta imbalan sebagai gantinya. Mendengar hal itu, nabi Khidhr memutuskan untuk berpisah dengan nabi Musa.

Nabi Khidhr pun menjelaskan berbagai pelajaran yang terjadi selama perjalanan dengan nabi Musa. Ia mengatakan bahwa perahu yang ia lubangi merupakan milik orang miskin. Sedangkan di depannya terdapat raja yang merampas setiap perahu, maka ia melakukan hal itu untuk menyelamatkan perahu tersebut. Kemudian, anak muda yang dibunuh itu seorang kafir. Sementara orantuanya mukmin, sehingga ia khawatir anak itu membawa orang tuanya dalam kekafiran. Terakhir, ia menjelaskan perihal dinding rumah yang beliau perbaiki. Menurutnya, rumah tersebut milik dua anak yatim dan di bawahnya tersimpan harta bagi mereka berdua.


Pelajaran Kisah Musa as. Menuntut Imu

Di dalam kitab al-Mufhim Abu Abbas al-Qurthubi menyampaikan bahwa dalam kisah Musa terdapat beberapa pelajaran; yaitu: perjalanan seorang ulama untuk mencari tambahan ilmu, serta dianjurkannya memanfaatkan pertemuan dengan orang-orang baik dan para ulama meskipun jaraknya jauh. Dengan sebab itu, mereka memperoleh bagian yang banyak dan mencapai usaha yang sukses. Ilmu mereka semakin mendalam dan mereka pun pantas dikenang dan mendapat pahala.

Dalam kitab Fathul Bari Ibnu Hajar al-Atsqalani meyampaikan bahwa “kedudukan nabi Musa yang tinggi dan terhormat tidak menghalanginya untuk mencari ilmu dan mengarungi lautan demi ilmu, bahkan meminta tambahan ilmu”.

Al-Mawardi di dalam kitabnya Umdah al-Qari menyebutkan dari Ibnu Abbas, ia berkata; “Jika seseorang merasa cukup dengan ilmu yang dimilikinya, maka nabi Musa juga akan merasa cukup dengan ilmunya. Padahal dalam surat al-Kahfi ayat 66 dia berkata, “bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajariku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?”

Share:

Hasan al-Banna dan Pencuri




Hasan al-Banna dikenal sebagai seorang ulama, guru dan imam asal Mesir. Dalam sebuah kisah diceritakan bahwa rumah Hasan al-Banna pernah didatangi pencuri yang pada akhirnya justru tak mengambil harta apapun. Hasan al-Banna memiliki nama lengkap Hassan Ahmad Abdul Rahman Muhammad al-Banna. Ia termasuk tokoh yang sangat terkenal di Mesir.

Diceritakan dalam buku Kisah dan 'Ibrah oleh Syofyan Hadi, bahwa Hasan al-Banna terkenal dengan ilmunya sangat luas serta kesalehannya kepada Allah SWT. Saking cintanya dengan ilmu, Hasan al-Banna memiliki sebuah perpustakaan khusus yang mengoleksi ribuan jumlah buku di rumahnya.

Pada suatu malam, datanglah beberapa orang pencuri ke rumah Hasan al-Banna. Hasan al-Banna beserta keluarga disandera di dalam rumah oleh kawanan pencuri tersebut. Dengan demikian, secara leluasa para pencuri dapat menguras isi rumah Hasan al-Banna.


Setelah puas menguras harta dan isi rumahnya, para pencuri mulai melirik buku-buku yang ada di lemari perpustakaan Hasan al-Banna. Para pencuri pun bergerak membuka lemari dan bermaksud mengambil buku-buku milik Hasan al-Banna. Tak rela koleksi bukunya diambil oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab, Hasan al-Banna kemudian berkata, "Kalian boleh

mengambil seluruh isi rumah ini semuanya, kecuali aku bermohon kepada kalian agar jangan mengambil satupun dari buku-buku ini. Sebab, buku-buku ini sangat berharga bagiku melebihi semua hartaku yang lain. Pada buku-buku ini tersimpan ilmu yang aku miliki". Mendengar perkataan Hasan al-Banna, pencuri ini justru mengeluarkan kalimat yang sama sekali tak terduga.

"Saya heran, baru kali ini saya melihat seorang ulama besar yang merasa takut buku-bukunya diambil. Saya tahu kenapa engkau takut buku-buku ini diambil, karena engkau belumlah meletakan ilmu yang ada pada buku-buku di dalam hati dan dadamu. Ilmu-ilmu itu masih tersimpan di dalam kertas-kertas ini. Ketahuilah, Hai Hasan al-Banna! Bahwa ilmu itu ada di dalam dada, bukan pada kertas-kertas ini. Jika semua yang ada di kertas ini sudah engkau pindahkan ke dalam dadamu, tentulah ini semua tidak ada artinya bagimu dan tentu engkau tidak akan takut jika kertas-kertas ini dicuri oleh orang lain," ujar seorang pencuri.

Usai mengucapkan kalimat tersebut, para pencuri ini pergi meninggalkan rumah Hasan al-Banna tanpa membawa harta dan barang apapun. Mendengarkan ucapan pencuri itu, Hasan al-Banna terdiam serta meminta ampun kepada Allah SWT atas kelalaiannya terhadap ilmu. Dia menyesali dirinya yang tidak memindahkan ilmu yang ada di buku itu ke dalam dadanya.

Dari kisah di atas dapat diambil pelajaran, jika seseorang mencintai ilmu, maka tidaklah ada yang lebih berharga dalam pandangannya selain buku-buku yang menjadi sumber ilmu. Dia akan rela menghabiskan uangnya, mengurangi belanjanya jika sudah mencintai buku dan ilmu. Bahkan, ia akan menjadi budak buku dan ilmu.

Ilmu tidak akan ada habisnya, dan seorang muslim dianjurkan menuntut ilmu. Banyak hadits yang menjelaskan pentingnya ilmu dalam kehidupan.

Rasulullah SAW bersabda, "Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga." (HR Muslim).

Dalam hadits lain, Rasulullah SAW bahkan mengatakan bahwa menuntut ilmu sama halnya seperti sedang berjihad,

مَنْخَرَجَفِىطَلَبُالْعِلْمِفَهُوَفِىسَبِيْلِاللهِحَتَّىيَرْجِعَ

Artinya: "Barangsiapa yang keluar untuk menuntut ilmu, maka ia berada di jalan Allah hingga ia pulang," (HR Tirmidzi).

Dengan ilmu juga, seseorang bisa mendapat keutamaan di dunia sekaligus akhirat, sebagaimana hadits Rasulullah SAW,

مَنْ أَرَادَ الدُّنْيَا فَعَلَيْهِ بِاْلعِلْمِ، وَمَنْ أَرَادَ الآخِرَهَ فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ، وَمَنْ أَرَادَهُمَا فَعَلَيْهِ باِلعِلْمِ

Artinya: "Barangsiapa yang hendak menginginkan dunia, maka hendaklah ia menguasai ilmu. Barangsiapa menginginkan akhirat hendaklah ia menguasai ilmu, dan barangsiapa yang menginginkan keduanya (dunia dan akhirat) hendaklah ia menguasai ilmu," (HR Ahmad).


Share:

Kamis, 01 Agustus 2024

Jadi Pengemis Pun Dilakukan agar Tetap Bisa Belajar


Pria itu datang jauh dari Andalusia ke Baghdad dengan susah payah berjalan kaki untuk belajar hadits kepada Ahmad bin Hambal. Sesampainya di negeri tujuan, ia selalu menyamar menjadi pengemis setiap hendak belajar kepada guru yang dicarinya. Ia khawatir, jika identitasnya terbongkar, nyawa gurunya akan terancam. Bagaimana kisah lengkapnya?   

Memiliki nama lengkap Abu Abdurrahman Baqi bin Makhlad al-Qurthubi, ulama kelahiran Andalusia ini dikisahkan memiliki etos belajar yang kuat. Kondisi ekonominya yang serba kekurangan tidak menyurutkan tekadnya untuk berkelana dari satu negeri ke negeri lain demi menimba ilmu ke sejumlah ulama. Di antara negara-negara yang pernah ia singgahi adalah Andalusia, Maroko, Aljazair, Tunis, Libia, Mesir, Palestina, dan Yordania.    Salah satu kisah pengembaraan Baqi dalam menuntut ilmu dikisahkan oleh Syamsuddin adz-Dzahabi ketika ulama mulitidispliner ini hendak menimba ilmu hadits kepada Imam Ahmad bin Hambal. 

Dikisahkan, sekali waktu Baqi melakukan perjalanan jauh dari Makkah ke Baghdad, tujuan utamanya adalah untuk menuntut ilmu. Jika sudah sampai di negara tujuan, ia berencana berguru hadits kepada Imam Ahmad bin Hambal. Begitu hampir tiba di tujuan, ia mendengar kabar buruk bahwa ulama yang hendak dijadikan gurunya itu sedang dicekal, dilarang mengadakan kegiatan belajar-mengajar dengan murid-muridnya sebagaimana biasanya.   

Kabar itu tidak menyurutkan Baqi untuk melanjutkan niatnya berguru kepada ulama yang sangat dihormatinya. Sesampai di Baghdad, ia menyewa tempat untuk menginap. Saat ke masjid, ia melihat ada halaqah seorang ulama yang tampak sedang mengajar murid-muridnya. Pengajar itu ternyata Yahya bin Ma’in, teman seperguruan Ahmad bin Hambal. 

Kesempatan ini dimanfaatkan Baqi untuk bertanya banyak hal kepada Yahya. Ia bertanya tentang guru-guru yang pernah ia temui untuk dinilai kredibilitasnya sebagai seorang perawi. Terakhir, ia bertanya tantang Ahmad bin Hambal. Yahya menjawab, “Bagaimana kami berani menilai Ahmad bin Hambal! Beliau adalah imam kaum muslimin, orang terbaik dan paling utama.”    

Selesai bertanya tentang banyak hal, Baqi meminta alamat rumah Imam Ahmad. Setelah berhasil mendapatkan alamat rumah dan berjumpa di kediamannya, ia kemudian berkata kepada Imam Ahmad, “Wahai Abu Abdillah, aku datang dari jauh. Ini merupakan pertama kali aku datang ke negeri ini. Tujuanku satu, ingin belajar hadits kepada tuan.”  “Masuklah, jangan sampai ada orang yang melihatmu,” kata Imam Ahmad.  “Dari mana sebenarnya asalmu?”  “Dari ujung barat?

“Afrika?”  “Lebih jauh dari Afrika. Untuk pergi dari negeri hingga ke Afrika harus mengarungi lautan. Aku berasal dari Andalusia.”    “Jauh sekali negerimu. Aku sangat senang sekali jika bisa membantumu. Hanya saja aku sedang mendapat ujian, aku tidak diperbolehkan membuka majelis ilmu. Kau mungkin sudah mendengarnya.”

“Benar, aku tahu itu. Jika tuan mengizinkan, aku akan tetap rutin datang ke sini untuk belajar hadits. Agar tidak ada yang curiga, aku akan menyamar menjadi pengemis setiap kali ke sini. Nanti, jika aku sudah sampai di pintu, tuan bersikap kepada saya layaknya menemui pengemis. Jika setiap hari tuan bisa menyampaikan satu hadis saja untukku, itu sudah cukup.”    “Boleh, syaratnya kedatanganmu tidak diketahui olah orang lain, sekalipun oleh para muhaddits (ahli hadits.”  “Baik, aku setuju dengan syarat tuan.”    Esoknya, Baqi datang ke rumah Imam Ahmad dengan memegang sebuah tongkat dan menutup kepalanya menggunakan kain kotor. Ia pun berkata layaknya seorang pengemis. “Semoga Allah memberi balasan kebaikan kepada tuan, semoga Allah memberikan rahmat kepada tuan, orang yang meminta sudah berada di dekat rumahmu.”    

Kemudian Imam Ahmad menemuinya dan menyampaikan dua sampai tiga hadits. Hal ini berlangsung dalam waktu yang cukup lama.  Hingga akhirnya Imam Ahmad diizinkan kembali untuk membuka pengajaran. Karena sudah mengetahui kesabaran Baqi dalam menuntut ilmu, ia menempatkannya di tempat khusus di dalam majelisnya. Ia juga sering menyampaikan kisah teladan kesungguhan pria Andalusia ini kepada murid-murid di pengajiannya. (Syamsuddin adz-Dzahabi, Siyaru A’lamin Nubala, juz XVI, halaman 26).   

Diketahui, Imam Ahmad bin Hambal memiliki julukan Pimpinan Ahlusunnah wal Jama’ah. Panggilan kehormatan ini tidak disematkan kepada tiga imam madzhab lainnya, Imam Hanafi, Malik, dan Syafi’i, padahal Ahmad bin Hambal lahir paling terakhir setelah mereka. Alasannya, Ahmad bin Hambal dinilai sebagai ulama pejuang Ahlusunnah wal Jama’ah yang andal. Ia sempat mengalami cobaan berat untuk memperjuangkannya.   Muhammad Ismail al-Muqaddam menegaskan:   

والإمام أحمد يلقب بإمام أهل السنة، مع أنه آخر الأئمة الأربعة، ولم يقل ذلك في حق الإمام الشافعي أو الإمام مالك أو أبي حنيفة؛ لأنهم لم يدركوا المحنة، فالأئمة الثلاثة ما أدركوا هذه المحنة، وإنما أدركها الإمام أحمد بن حنبل، وثبت فيها، فمن ثمَّ أطبقت الأمة على اعتباره إماماً لأهل السنة؛ لصبره الشديد في هذه المحنة



Artinya, "Imam Ahmad dijuluki sebagai Imam Ahlusunnah wal Jama’ah. Gelar ini tidak dimiliki oleh tiga imam lainnya, padahal ia lahir setelah mereka. Alasannya, semasa hidupnya Ahmad bin Hambal sangat gigih memperjuangkan ajaran Ahlusunnah wal Jama’ah ini. Ia banyak mengalami ujian berat untuk mempertahankan prinsipnya.”

Share:

Senin, 29 Juli 2024

Fatima al-Fihri - Pendiri universitas tertua di dunia

Nama Fatima al-Fihri memang masih sangat asing terdengar. Perempuan kelahiran Kairouan, Tunisia ini bisa dibilang sebagai pendiri universitas pertama di dunia, yaitu Universitas Universitas Al-Qarawiyyin Fez, yang terletak di Maroko. Universitas ini didirikan oleh Fatima pada abad ke-9.

Saat ini, Guinness Book of World Records dan UNESCO mengakui universitas yang didirikan oleh Fatimah ini sebagai lembaga pendidikan tinggi tertua yang masih aktif hingga kini.

Fatima sendiri merupakan anak perempuan dari pebisnis, Muhammad al-Fihri. Pada abad ke-8, sang ayah membawa Fatima dan keluarga besarnya untuk pindah ke Fez, Maroko. Di sana, usaha ayahnya berkembang pesat dan Muhammad al-Fihri pun menjadi salah satu pebisnis sukses dan kaya raya di Fez.

Menurut HuffPost, setelah ayah dan keluarganya meninggal, Fatima mendapatkan warisan dalam jumlah yang sangat banyak dari keluarganya. Ia pun ingin menggunakan uang tersebut untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi masyarakat banyak.


Akhirnya, pada 859 M Fatima memutuskan untuk membangun sebuah masjid bernama Al-Qarawiyyin di Fez, Maroko. Ia melakukannya karena melihat bahwa masjid-masjid di kawasan Fez sangat kecil dan kadang tidak layak. Kemudian pada abad ke-10 sampai ke-12, masjid tersebut berkembang menjadi sebuah universitas bernama Universitas Al-Qayrawan.

Fatimah Al-Fihri lahir pada 800 Masehi di Kairouan, Tunisia. Ia adalah anak perempuan Abdullah Muhammad Al-Fihri yang kesohor sebagai salah satu pedagang kaya yang berhijrah dari Kairouan, Tunisia, kemudian ke Fes, Maroko di waktu Raja Idris II berkuasa.

Suami Fatimah merupakan orang kaya yang berkelapangan harta. Ketika suaminya meninggal, Fatimah mendapat warisan yang berlimpah ruah. Demikian pula harta dari ayahnya yang turut diwarisi oleh Fatimah dan Mariam Al-Fihri.

Akan tetapi, Fatimah Al-Fihri lebih memilih mewakafkan harta yang ia miliki demi kepentingan umat dan mendirikan Masjid Al-Qarawiyyin. Selain itu, ia juga membangun masjid lain bernama Al-Andalus di kawasan lainnya yang membutuhkan tempat ibadah.

Ketika Fatimah melihat kondisi masjid di Fes yang sudah tidak lagi bisa menampung umat Islam, ia pun membantu memperbesar masjid tersebut.

Di sisi lain, kecintaan Fatimah terhadap ilmu pengetahuan membuatnya berpikir untuk menggabungkan madrasah dan masjid. Tujuannya, agar umat tidak hanya sekedar beribadah, namun madrasah untuk menuntut ilmu.

Fatimah kemudian mewujudkan impiannya tersebut dengan membeli sebidang tanah yang luas, kemudian ia mendirikan masjid sekaligus madrasah untuk kaum muslim belajar dan beribadah.

Selama proses pembangunan tempat ibadah dan madrasah, Fatimah bernazar untuk berpuasa hingga proses pembangunannya selesai. Ia berharap berkah akan menyertai tempat yang sedang dibangun tersebut.

Fes, kota tempat Madrasah Al-Qarawiyyin dibangun merupakan kota kedua terbesar di Maroko. Kota ini dianggap “Mekkah dari Barat” dan "Athena dari Afrika" karena banyaknya situs bersejarah yang ada di sana. Karena itulah, UNESCO mencatat kota Fes sebagai salah satu situs pusaka dunia.

Universitas Al-Qarawiyyin, Kampus Tertua di Dunia yang Didirikan Fatimah

Universitas Al-Qarawiyyin adalah kampus tertua kedua di dunia, yang menjadi lembaga pendidikan pertama dengan sistem pendidikan yang menggabungkan elemen kebudayaan, agama, sains, dan pengetahuan umum.

Universitas ini tidak hanya menerima mahasiswa dari kalangan muslim, melainkan juga dari berbagai agama dan keyakinan. Paus Silvester II (946-1003) disebut pernah belajar di Al-Qarawiyyin semasa mudanya, demikian menurut Dr Corisande Fenwick, profesor yang fokus pada sejarah Mediterania dan abad pertengahan.

Paus Silvester II menyukai ilmu bahasa Arab, serta mengembangkan minat di bidang matematika dan ilmu astronomi.

Tokoh Barat lain yang pernah belajar di universitas Al-Qarawiyyin adalah Nicolas Cleynaerts (1495-1542). Cleynaerts merupakan seorang Yahudi yang belajar bahasa Arab untuk memahami Al-Quran selama 15 bulan.

Selain itu, ada pula Jacobus Golius (1596-1667), seorang orientalis dari Universitas Leiden yang juga mempelajari bahasa Arab dan matematika. Golius ternyata pernah menjadi guru matematika dari filsuf ternama, Rene Descartes (1596-1650).

Masih banyak tokoh-tokoh lain yang pernah belajar di universitas tersebut. Di kalangan muslim, tercatat nama matematikawan Abu Al-Abbas Az-Zawawi dan Ibnu Khaldun.

Keberadaan Universitas Al-Qarawiyyin di Maroko menjadi inspirasi dan pendorong pendirian beberapa universitas tertua dunia lainnya, seperti Universitas Al-Azhar di Mesir, Universitas Harvard di Amerika Serikat, Universitas Oxford di Inggris, Universitas Cambridge, Universitas Bologna di Italy, hingga Universitas Paris di Prancis pada abad ke-12 M.

Salah satu keunggulan Universitas Al-Qarawiyyin adalah manuskrip sejarahnya. Jumlah koleksi buku di perpustakaan universitas tersebut tercatat lebih dari 4.000 buku langka yang bisa terlacak hingga tahun terbit pada abad ke-9.

Di antara manuskrip langka yang tersimpan di Universitas Al-Qarawiyyin adalah Al-Muwatta, kitab rujukan utama mazhab Maliki yang ditulis sendiri oleh Imam Malik pada permukaan kulit gazel (hewan sejenis antelop kecil).

Ada juga manuskrip Al-Quran dari tahun 1602 pemberian Sultan Ahmad Al-Mansur Al-Dhahabi, sampai dengan salinan asli kitab Ibnu Khaldun, Kitab Al-'Ibar yang disebut sebagai koleksi berharga di perpustakaan universitas tertua teersebut.

Share: